Senin, 14 Oktober 2013

Resuman Buku Audrey Lukito "PATRIOT"




BAB I
Keluarga Loe dan Audrey Kecil

Budi Loekito (Loe Seng Hoe) dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur, pada 24 Februari 1954, sebagai anak ke-enam dari delapan bersaudara. Engkongnya, Loe Sek Tio, adalah seorang imigran dari Xiamen, provinsi Fujian, RRC yang datang ke Indonesia.
            Ketika muda, Budi Loekito bercita-cita menjadi tentara. Ia juga sangat getol dalam berbagai organisasi yang dinilainya merakyat dan peduli pada orang miskin. Cita-citanya saat itu adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membantu anak-anak jalanan di seluruh Indonesia.
            Budi Loekito adalah seorang pelajar teladan, ia berhasil melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi negeri Institut tekhnologi sepuluh November Surabaya (ITS) dan menjadi mahasiswa terbaik di jurusan teknik mesin. Di sini pula ia bertemu dengan Natali Angela Oenarta yang selanjutnya di peristri pada tahun 1982. Meskipun budi Loekito dan Angela Oenarta memiliki banyak perbedaan, namun hai itu tidak menghalangi cinta mereka. Loekito tidak pernah menjadi tentara melainkan hanya menjadi seorang pebisnis. Pada Mei 1988, lahirlah Maria Audrey Lukito, hasil buah cinta Budi Loekito dan Angela Oenarta. Lahirnya Maria Audrey kedunia sangat membahagiakan kedua orang tuanya.
            Audrey kecil tidak pernah bermimipi menjadi putri raja. Ia begitu gemar membaca buku. Dari salah satu dari buku yang Audrey baca, ia menjadi tau bagaimana konsep hidup. Dimana semua makhluk hidup akan mati.
Tidak lama setelah itu, Audrey ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, yaitu Engkong dan Emak, begitu Audrey kecil memanggil kakek dan neneknya. Namun hingga hari ini Audrey tetap mengenang saat-saat bersama Engkong dan Emaknya, terutama saat Audrey sekeluarga berlibur di Bali.


BAB II
Zambrud Khatulistiwa

Hari pertama Audrey masuk SD sangat berkesan. Saat itu ia begitu bangga telah masuk sekolah dasar dan ia juga begitu senang melihat semua yang ada di dalam kelasnya tersebut.  Audrey berusaha untuk belajar segiat mungkin. Pelajaran yang paling dia sukai adalah bahasa indonesia dan PPKN karena keduanya mengajarkan banyak hal tentang bangsa dan negaranya.
Audrey berusaha untuk belajar segiat mungkin. Pelajaran yang paling dia sukai adalah bahasa indonesia dan PPKN karena keduanya mengajarkan banyak hal tentang bangsa dan negaranya. Guru-gurunya meyakinkannya agar giat belajar agar dapat melanjutkan pembangunan negaranya, Zambrud Khatulistiwa. Karena itu, Audrey sangat ingin menjadi anak yang pintar, agar suatu hari nanti ia bisa berguna untuk negaranya. meski terkadang ia juga tidak suka menjadi anak yang pintar karena ia merasa banyak hal yang tidak bisa dia lakukan. Namun setelah berfikir lebih jauh ia bertekad akan menjadi lebih pintar lagi demi Bangsa dan Negaranya.
Namun terkadang ia juga tidak suka menjadi anak yang pintar. Teman-teman disekolahnya tidak suka dengan cara pemikirannya, begitu pula guru-gurunya yang melarangnya berpikir lebih dari apa yang dijelaskan dari buku paket dan selalu mengekang perluasan pemikirannya. Ia selalu merasa bosan dikelas, ia selalu sendiri karena tidak “nyambung” dengan kebanyakan teman sebayanya. Tapi kemudia ia berpikir lagi, jika ia tidak menjadi orang pintar maka siapa yang akan membantu orang-orang susah, anak jalanan, pengamen, dan semacamnya. Akhirnya ia bertekad akan menjadi lebih pintar lagi demi tekad Audrey, bangsa dan negara harus maju.

BAB III
Tidak Punya Negara

Audrey mengingat hari itu sebagai ari ketika semua mimpinya kandas. Hari itu masih teringat jelas, Audrey yang girang dan semangat ikut menemani orangtuanya untuk coblosan (sebutan populer untuk pemilihan umum saat itu). Ada tiga partai yang boleh dipilih: PDI, Golkar, PPP. Setelah beberapa saat menunggu orangtuanya didalam mobil, akhirnya terlihat ayah dan ibunya telah keluar dari bilik pemilihan dan menuju mobil. 
Audrey bertanya kepada ayah dan ibu, mereka memilih siapa. Ibu tidak menjawab, namun ayah tiba-tiba menyela dan berkata bahwa ia memilih Golkar. Audrey bertanya lagi mengapa ayahnya memilih Soeharto. Sungguh Audrey terkejut dengan jawaban Ayahnya yang mengatakan bahwa hanya pak Harto lah yang dapat melindungi orang-orang china, seperti mereka. Ayah menyadarkan Audrey bahwa mereka sebenarnya tidak memiliki negara. Jauh dari negara asal dan lahir di negara orang membuat mereka seharusnya tidak bisa diakui menjadi warga negara dimanapun termaksud Indonesia. Dimana mereka tidak dihargai di Negara ini dan apa yang Audrey pelajari di sekolah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
            Sejak saat itu Audrey mulai menutup dirinya apalagi yang menyangkut dengan cita-citanya. Saat itu Audrey lebih memilih menjadikan buku sebagai temannya. Sebab baginya hanya bukulah yang mengetahui impian, suka-duka serta isi hatinya.

BAB IV
Perubahan Besar Dalam Hidup

Semuanya berubah saat usia Audrey 10 tahun. Saat itu, pertengahan Mei 1998, Indonesia sedang dilanda kekacauan politik dan sosial. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Audrey melihat ayahnya takut dan begitu sibuk. Ternyata orangtu Audrey berniat mengungsi ke Bali. Meski semula Audrey tidak mau ikut, namun karena paksaan dari orang tuanya maka mau tidak mau Audrey akhirnya harus mengikuti kedua orang tuanya .
            Audrey sekeluargapun pergi ke Bali, dan saat itu Audrey sadar bahwa hidupnya telah berubah selamanya dan dia tau bahwa ia bukanlah siapa-siapa di Negaranya. Dalam perjalan orang tua Audrey banyak bercerita tentang presiden Soeharto, mulai dari dugaan KKN sampai dengan pengunduran diri pak Harto yang disambut gembira oleh banyak orang. Dan Audrey smakin bingung karena yang ia tau jika presiden Soeharto adalah seorang pahlawan tapi kenapa banyak orang senang atas pengunduran dirinya.
Setelah kejadian pada 1998 Audrey mulai belajar ekstra keras dengan harapan berguna bagi bangsa dan negara. Di tengah seluruh waktunya yang ia curahkan untuk belajar dan membaca buku, Audrey juga masih bisa mengatur waktu luang. Pada saat-saat seperti itulah ia bisa bersantai. Salah satu aktivitas dikala luang adalah mendengarkan musik klasik. Ia juga ikut les piano, melukis, dan bahasa inggris.


BAB V
Memecahkan Rekor

Saat Audrey berumur 11 tahun dan masih duduk di kelas 1 SMP menyusun Esai berjudul “Les Grands Conquereurs (Idolaku)” . Berisikan tentang kisah dua tokoh penakluk besar dalam sejarah Eropa, yaitu Napoleon Bonaparte dan Duke of Wellington. Daftar pustaka yang menyertai esai itu menunjukkan luasnya sumber informasi yang digali Audrey saat menyusunnya.
            Disamping esai tentang idolanya yang adalah panglima perang, Audrey juga menulis esai untuk tugas mata pelajaran sosiologi. Ia menyampaikan pandangan kritis tentang makna kemerdekaan. Esai ini memberi gambaran pemikiran Audrey semasa duduk di bangku SMU di tahun 2001. Menyoroti makna kemerdekaan dan penjajahan. Audrey memberikan perbandingan karakter bangsa yang sudah lama merdeka dengan bangsa Indonesia.
           Pada usia 10 tahun 11 bulan Audrey memecahkan rekor MURI pertamanya. Ia berhasil lulus ujian TOEFL Internasional dengan skor tertinggi, 573, di usia termuda. Kemudia di usia 12 tahun, Audrey berhasil lulus ujian DELF (Diploma bahasa perancis) A1-A3, dengan skor tertinggi di usia termuda.
           Audrey adalah seorang anak yang sangat berbakat, dengan kemampuan  memecahkan berbagai macam rekor akademis yang tak pernahh didengar sebelumnya. Karena itu, ayahnya pun tidak tinggal diam melihat anaknya meraih berbagai macam prestasi spektakuler. Ia tak segan-segan melayangkan e-mail ke Kementrian Pendidikan Singapura (MOE), memohon akan fasilitas pendidikan yang terbaik untuk putrinya. Meski sempat mengalami sedikit kendali, tapi setelah berkonsultasi dengan pakar pendidikan AS akhirnya Audrey dapat diterima di PEG (Program for the Exceptionally) di Mary Baldwin Collage, Virginia, Amerika Serikat dan menjadi pelajar asing pertama yang diterima oleh program tersebut.
Saat berada di program PEG Budi Lokito melakukan banyak hal untuk Audrey hingga PEG sanggat terkesan dengan semua yang dilakukan Audrey. Hingga Audrey diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke Amerika Srikat. Meski maksud Audrey ingin mencari ilmu untuk digunakan nanti di Negaranya, namun Ayahnya mempunyai maksud lain, dimana Budi Loekito berharap agar anaknya kerasan di Negeri orang.

BAB VI
Menjadi Indonesia Di Amerika


Kesan pertama Audrey ketika tiba di Virginia adalah bahwa pendapat masa kecilnya tentang salju harus di ubah. Di Virginia, pada musim dingin, banyak seklai turun hujan es dan salju, dan walaupun semua ini indah dipandang di lukisan dan foto-foto, pada kenyataannya sungguhlah berbeda. Pada musim gugur 2003, Hurricane Isabel mengamuk di daerah kampus Audrey. Merusak kabel listrik, menumbangkan pohon, dan merobohkan rumah. Semua asrama di dalam kampus harus dikosongkan. Karena Audrey tidak memiliki kerabat di Amerika, ia pun terpaksa mengungsi dirumah temannya selama dua minggu.
            Maria Audrey Lukito memulai hari-harinya sebagai mahasiswa pada januari 2002, di semester musim semi. Ada satu persyaratan dari PEG untuk Audrey yang telah diberi kesempatan untuk menimba ilmu lebih cepat dari yang sudah direncanakan; yaitu IPK semester pertamanya harus lebih dari 3.0. Jika syarat ini tak berhasil dipenuhinya, ia takkan diperkenankan untuk melanjutkan pendidikannya.
            Secara akademis, Audrey tidak pernah mengalami kesulitan. IPKnya selalu diatas 3,94 yang jauh melebihi mahasiswa yang lainnya. Disini, Audrey mulai bangga menjadi warga Indonesia, meski di Indonesia sendiri ia dan rasnya tidak diakui.
            Banyak teman dan dosen yang selalu bertanya Indonesia itu seperti apa, negaramu pasti bangga mempunyai orang sepertimu. Begitu kata mereka. Audrey yang mejelaskan kepada teman-temannya tentang Indonesia akan menyembunyikan realita brutal negaranya dan menjelaskan Indonesia sesuai dengan buku paket yang ia pelajari semasa SD. Dan kepada teman-temannya Audrey begitu memuji-muji Negaranya hingga ia mengajak mereka untuk kapan-kapan mampir ke Indonesia.

BAB VII
Esai Filsafat

Pada tahun pertama kuliah di negeri Paman Sam, Audrey harus menyesuaikan diri dengan kurikulum universitas di Amerika Serikat yang tiak memperbolehkan mahasiswanya memilih konsentrasi jurusan di tahun pertama. Maka, Audrey pun mengambil kelas Kitab Yahudi yang mempelajari Kitab Perjanjian Lama dari Injil berdasarkan sudut pandang sekuler (bukan kristen)
            Dikelas itu, Audrey harus menulis esai perihal 10 pertanyaan kontroversial. Esainya memperoleh penilaian sangat baik oleh profesor pengajarnya. Bahkan, sang profesor membujuk Audrey untuk memilih jurusan filsafat atau religi. Menanggapi rekomendasi tersebut, Audrey yang masih malu-malu tidak tahu harus menjawab bagaimana. Ia hanya bisa mengatakan bahwa dirinya akan mempertimbangkan hal itu. Didalam hatinya, Audrey lebih tertantang untuk mendalami ilmu fisika dan ilmu politik pada saat itu.


BAB VIII
Esai Kesenjangan Gender

Di usia 14 tahun, Audrey berhasil menyelesaikan esainya tentang ilmu politik dan esai ini meraih nilai yang tinggi meskipun hanya ditulis oleh remaja yang tidak memiliki latar belakang sejarah ataupun politik Amerika. Padahal, awalnya sangat sulit bagi Audrey untuk menulis easai yang berkualitas perihal subjek yang belum dikenalnya.
            Namun ia pantang menyerah dengan keyakinan pada saat itu, bahwa kelak suatu hari nanti segala pengetahuan yang dipelajari akan bermanfaat bagi Indonesia tercinta. Meskipun demikian, Audrey akhirnya memutuskan mendalami ilmu fisika, bukan politik, karena universitasnya tidak menyediakan kelas yang membahas perkembangan aktual Indonesia.
            Esai yang disusun Audrey membahas topik seperti perilaku memilih. Esainya yang berjudul “Kesenjangan Gender” menganalisis bagaimana bedanya lelaki dan perempuan dalam memilih secara rasional maupun negara bagian.

BAB IX
Disertasi Akhir Analisis Neutring

Di penghujung masa mahasiswa tingkat I, Audrey menentukan untuk mendalami ilmu fisika. Audrey menyusun skripsi analisis neutro yang dipancarkan oleh radioaktif fottasium dari inti bumi. Tulisan tersebut bertujuan untuk melengkapi pemahaman atas kompleksitas aspirasinya pada saat itu.             
Maria Audrey Lukito mendapat ijazah S1-nya pada Desember 2004 saat usianya 16 tahun. Pada tahun itu juga, ia telah dilantik menjadi anggota National Society of Collegiate Scholars (NSCS) dan Golden Key International Honour Society, keduanya perkumpulan kehormatan akademis yang ternama. Namun, yang paling membanggakan adalah saat ia dilantik menjadi anggota Phi Beta Kappa (ФBK) atas nominasi dari Departemen Fisika William & Mary. Untuk dilantik menjadi anggota NSCS atau Golden Key cukup dengan memiliki IPK yang tinggi, tetapi untuk dilantik menjadi anggota ФBK seorang mahasiswa harus dinominasikan oleh departemennya masing-masing.
            Audrey tahu bahwa jika ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Amerika, masa depannya akan terjamin. Namun, Audrey tidak pernah bisa menghapuskan wajah anak-anak miskin yang ia lihat semasa kecil dari benaknya. Bukankah tujuannya menuntut ilmu setinggi ini adalah untuk membantu mereka, untuk membangun negerinya? Maka ia pun memutuskan utnuk kembali ketanah ait dan membantu bangsanya menjadi negara yang jaya.

BAB X
Fatamorgana

Acap kali Audrey ditanya, apa yang paling dirindukannya dari negara Amerika. Audrey menjawab jika ia sangat merindikan hal yang tidak ia temui di Negaranya, yakni integritas. Dimana di Amerika integritas sangat dijunjung tinggi dan selalu ia jumpai semasa kuliah, entah itu dengan dosen ataupun teman-temannya.
Hal yang paling disayangkan Audrey dari masa mudanya adalah kenaifan. Audrey merasa bahwa masa mudanya berakhir pada saat ijazah S1 berhasil digenggamnya. Dimana hal itu berarti ia tidak bisa merasakan lagi apa yang dia alami semasa SD.
Dulu Audrey selalu menganggap orang-orang yang secara rutin melakukan check up dan berobat di Singapura adalah pengecut. Karena menurut Audrey itu berarti mereka tidak percaya pada tim medis Negara sendiri. Namun sejak kepulangannya Audrey melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana teman-temannya meninggal akibat malpraktik di Indonesia. Iapun sadar kenapa Bangsa sendiri memilih hijrah ke Negeri orang.
Audrey menemukan penyakit sesungguhnya yang menjangkit tanah airnya. Mulai dari hilangnya jiwa dan identitas bangsa Indonesia sampai semua masalah yang mewabah seperti korupsi, terorisme, kekerasan dan perpecahan.
Audrey yakin bahwa nasib Negara telah bergantung pada kesadaran bangsanya sendiri. Dimana Indonesia sangat memiliki banyak potensi untuk menjadi Negara super power. Dengan tanah yang luas dan alam yang kaya.

JIKA AKU MENJADI SEORANG DIPLOMAT


Saya adalah seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadyah Malang, jurusan Hubungan Internasional. Cita-cita kebanyakan orang yang lulus dari jurusan ini adalah menjadi seorang diplomat, dan target yang paling tinggi adalah menjadi seorang Menteri Luar Negeri atau Kedubes RI.
Sebelumnya saya tidak  tahu apa tugas dari seorang Diplomat itu. Ini karena selama di pendidikan SMA, saya tidak begitu sering mendengar kata diplomat, tugas-tugas dan bagaimana cara untuk menjadi seorang diplomat itu. Sedikit yang saya tau tentang seorang diplomat ialah, bahwasanya seorang diplomat itu sering berada di luar Negeri. Dan hal itu menjadi salah satu alasan kenapa saya ingin menjadi seorang diplomat.
Namun terlepas dari semua itu, saya tetap berfikir logis dan tidak terlalu ambisius. Karena saya yakin tuhan punya jalan yang terbaik untuk saya. Banyak orang yang berakhir di rumah sakit jiwa karena menaruh seluruh kepercayaannya untuk menjadi satu hal. Padahal kenyataannya, segala sesuatu belum tentu terjadi sesuai dengan harapan.
Namun jika sewaktu-waktu saya diminta untuk menjadi seorang diplomat, tentu saya akan memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Beberapa hal yang akan saya lakukan. Dalam bidang  Bisnis, saya akan melindungi dan melayani segenap asset-asset dagang Indonesia di tempat saya ditugaskan, Memberi masukan kepada penentu kebijakan ekspor import, dan tentu saya akan memahami bisnis lokal di tempat saya ditugaskan guna memberi saran kepada bagian Kamar Dinas Perdagangan. Dalam bidang keamanan dan perdamaian, saya akan memberi input pada indonesia agar tercipta keamanan dan perdamaian hubungan indonesia dengan negara dimana saya di tempatkan. Dalam bidang hubungan publik, saat saya diperlukan dalam keadaan yang menyangkut  media, publik lokal ataupun warga negara indonesia yang mungkin sedang ada di Negara saya ditugaskan, tentu saya akan selalu siap untuk itu. Dalam bidang budaya, tentu saya akan memperkenalkan budaya-budaya Indonesia guna memajukan bisnis pariwisata antar Indonesia dengan  negara tempat saya ditugaskan.  Yang terakhir dalam bidang kemanusiaan, mulanya tentu saya harus mengerti  hukum negara dimana saya ditugaskan, tentu itu agar saya tau apa yang harus saya lakukan jika ada masalah seperti pelarian politik, dan untuk evakuasi atau pembelaan terhadap warga negara Indonesia yang diadili di negara tempat saya ditugaskan.
Dan jika dalam bekerja saya tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, atau selama saya bekerja menjadi seorang diplomat ada tindakan-tindakan saya yang tidak dibenarkan oleh negara Indonesia, maka saya sangat siap untuk diberhentikan.