BAB I
Keluarga Loe dan
Audrey Kecil
Budi Loekito (Loe Seng Hoe) dilahirkan
di Tulungagung, Jawa Timur, pada 24 Februari 1954, sebagai anak ke-enam dari
delapan bersaudara. Engkongnya, Loe Sek Tio, adalah seorang imigran dari
Xiamen, provinsi Fujian, RRC yang datang ke Indonesia.
Ketika
muda, Budi Loekito bercita-cita menjadi tentara. Ia juga sangat getol dalam
berbagai organisasi yang dinilainya merakyat dan peduli pada orang miskin.
Cita-citanya saat itu adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk
membantu anak-anak jalanan di seluruh Indonesia.
Budi
Loekito adalah seorang pelajar teladan, ia berhasil melanjutkan sekolahnya di
perguruan tinggi negeri Institut tekhnologi sepuluh November Surabaya (ITS) dan
menjadi mahasiswa terbaik di jurusan teknik mesin. Di sini pula ia bertemu
dengan Natali Angela Oenarta yang selanjutnya di peristri pada tahun 1982.
Meskipun budi Loekito dan Angela Oenarta memiliki banyak perbedaan, namun hai
itu tidak menghalangi cinta mereka. Loekito tidak pernah menjadi tentara
melainkan hanya menjadi seorang pebisnis. Pada Mei 1988, lahirlah Maria Audrey
Lukito, hasil buah cinta Budi Loekito dan Angela Oenarta. Lahirnya Maria Audrey
kedunia sangat membahagiakan kedua orang tuanya.
Audrey kecil tidak pernah
bermimipi menjadi putri raja. Ia begitu gemar membaca buku. Dari salah satu
dari buku yang Audrey baca, ia menjadi tau bagaimana konsep hidup. Dimana semua
makhluk hidup akan mati.
Tidak lama setelah itu, Audrey ditinggalkan
oleh orang yang dicintainya, yaitu Engkong dan Emak, begitu Audrey kecil
memanggil kakek dan neneknya. Namun hingga hari ini Audrey tetap mengenang
saat-saat bersama Engkong dan Emaknya, terutama saat Audrey sekeluarga berlibur
di Bali.
BAB II
Zambrud Khatulistiwa
Hari pertama Audrey masuk SD sangat
berkesan. Saat itu ia begitu bangga telah masuk sekolah dasar dan ia juga
begitu senang melihat semua yang ada di dalam kelasnya tersebut. Audrey berusaha untuk belajar segiat mungkin.
Pelajaran yang paling dia sukai adalah bahasa indonesia dan PPKN karena
keduanya mengajarkan banyak hal tentang bangsa dan negaranya.
Audrey
berusaha untuk belajar segiat mungkin. Pelajaran yang paling dia sukai adalah
bahasa indonesia dan PPKN karena keduanya mengajarkan banyak hal tentang bangsa
dan negaranya. Guru-gurunya meyakinkannya agar giat belajar agar dapat
melanjutkan pembangunan negaranya, Zambrud Khatulistiwa. Karena itu, Audrey
sangat ingin menjadi anak yang pintar, agar suatu hari nanti ia bisa berguna untuk
negaranya. meski terkadang ia juga tidak suka menjadi anak yang pintar karena ia
merasa banyak hal yang tidak bisa dia lakukan. Namun setelah berfikir lebih
jauh ia bertekad akan menjadi lebih pintar lagi demi Bangsa dan Negaranya.
Namun
terkadang ia juga tidak suka menjadi anak yang pintar. Teman-teman disekolahnya
tidak suka dengan cara pemikirannya, begitu pula guru-gurunya yang melarangnya
berpikir lebih dari apa yang dijelaskan dari buku paket dan selalu mengekang
perluasan pemikirannya. Ia selalu merasa bosan dikelas, ia selalu sendiri
karena tidak “nyambung” dengan kebanyakan teman sebayanya. Tapi kemudia ia
berpikir lagi, jika ia tidak menjadi orang pintar maka siapa yang akan membantu
orang-orang susah, anak jalanan, pengamen, dan semacamnya. Akhirnya ia bertekad
akan menjadi lebih pintar lagi demi tekad Audrey, bangsa dan negara harus maju.
BAB III
Tidak Punya Negara
Audrey mengingat hari itu sebagai ari
ketika semua mimpinya kandas. Hari itu masih
teringat jelas, Audrey yang girang dan semangat ikut menemani orangtuanya untuk coblosan (sebutan populer untuk pemilihan umum
saat itu). Ada tiga partai yang boleh dipilih: PDI, Golkar, PPP. Setelah
beberapa saat menunggu orangtuanya didalam mobil, akhirnya terlihat ayah dan
ibunya telah keluar dari bilik pemilihan dan menuju mobil.
Audrey bertanya kepada ayah dan ibu,
mereka memilih siapa. Ibu tidak menjawab, namun ayah tiba-tiba menyela dan
berkata bahwa ia memilih Golkar. Audrey bertanya lagi mengapa ayahnya memilih
Soeharto. Sungguh Audrey terkejut dengan jawaban Ayahnya yang mengatakan bahwa
hanya pak Harto lah yang dapat melindungi orang-orang china, seperti mereka. Ayah menyadarkan Audrey bahwa mereka sebenarnya tidak
memiliki negara. Jauh dari negara asal dan lahir di negara orang membuat mereka
seharusnya tidak bisa diakui menjadi warga negara dimanapun termaksud
Indonesia. Dimana mereka tidak dihargai di Negara ini dan apa yang Audrey pelajari di
sekolah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Sejak
saat itu Audrey mulai menutup dirinya apalagi yang menyangkut dengan
cita-citanya. Saat itu Audrey lebih memilih menjadikan buku sebagai temannya.
Sebab baginya hanya bukulah yang mengetahui impian, suka-duka serta isi
hatinya.
BAB IV
Perubahan Besar Dalam
Hidup
Semuanya berubah saat usia Audrey 10
tahun. Saat itu, pertengahan Mei 1998, Indonesia sedang dilanda kekacauan
politik dan sosial. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Audrey melihat ayahnya
takut dan begitu sibuk. Ternyata orangtu Audrey berniat mengungsi ke Bali. Meski semula Audrey
tidak mau ikut, namun karena paksaan dari orang tuanya maka mau tidak mau
Audrey akhirnya harus mengikuti kedua orang tuanya .
Audrey
sekeluargapun pergi ke Bali, dan saat itu Audrey sadar bahwa hidupnya telah
berubah selamanya dan dia tau bahwa ia bukanlah siapa-siapa di Negaranya. Dalam
perjalan orang tua Audrey banyak bercerita tentang presiden Soeharto, mulai
dari dugaan KKN sampai dengan pengunduran diri pak Harto yang disambut gembira
oleh banyak orang. Dan Audrey smakin bingung karena yang ia tau jika presiden
Soeharto adalah seorang pahlawan tapi kenapa banyak orang senang atas
pengunduran dirinya.
Setelah kejadian pada 1998 Audrey mulai
belajar ekstra keras dengan harapan berguna bagi bangsa dan negara. Di tengah seluruh
waktunya yang ia curahkan untuk belajar dan membaca buku, Audrey juga masih
bisa mengatur waktu luang. Pada saat-saat seperti itulah ia bisa bersantai.
Salah satu aktivitas dikala luang adalah mendengarkan musik klasik. Ia juga
ikut les piano, melukis, dan bahasa inggris.
BAB V
Memecahkan Rekor
Saat Audrey berumur 11 tahun dan masih
duduk di kelas 1 SMP menyusun Esai berjudul “Les Grands Conquereurs (Idolaku)” .
Berisikan tentang kisah dua tokoh penakluk besar dalam sejarah Eropa, yaitu
Napoleon Bonaparte dan Duke of Wellington. Daftar pustaka yang menyertai esai
itu menunjukkan luasnya sumber informasi yang digali Audrey saat menyusunnya.
Disamping esai tentang idolanya yang adalah panglima perang, Audrey juga
menulis esai untuk tugas mata pelajaran sosiologi. Ia menyampaikan pandangan
kritis tentang makna kemerdekaan. Esai ini memberi gambaran pemikiran Audrey
semasa duduk di bangku SMU di tahun 2001. Menyoroti makna kemerdekaan dan
penjajahan. Audrey memberikan perbandingan karakter bangsa yang sudah lama
merdeka dengan bangsa Indonesia.
Pada usia
10 tahun 11 bulan Audrey memecahkan rekor MURI pertamanya. Ia berhasil lulus
ujian TOEFL Internasional dengan skor tertinggi, 573, di usia termuda. Kemudia
di usia 12 tahun, Audrey berhasil lulus ujian DELF (Diploma bahasa perancis)
A1-A3, dengan skor tertinggi di usia termuda.
Audrey
adalah seorang anak yang sangat berbakat, dengan kemampuan memecahkan
berbagai macam rekor akademis yang tak pernahh didengar sebelumnya. Karena itu,
ayahnya pun tidak tinggal diam melihat anaknya meraih berbagai macam prestasi
spektakuler. Ia tak segan-segan melayangkan e-mail ke Kementrian Pendidikan Singapura
(MOE), memohon akan fasilitas pendidikan yang terbaik untuk putrinya. Meski
sempat mengalami sedikit kendali, tapi setelah berkonsultasi dengan pakar
pendidikan AS akhirnya Audrey dapat diterima di PEG (Program for the
Exceptionally) di Mary Baldwin Collage, Virginia, Amerika Serikat dan menjadi
pelajar asing pertama yang diterima oleh program tersebut.
Saat berada di program PEG Budi Lokito
melakukan banyak hal untuk Audrey hingga PEG sanggat terkesan dengan semua yang
dilakukan Audrey. Hingga Audrey diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke
Amerika Srikat. Meski maksud Audrey ingin mencari ilmu untuk digunakan nanti di
Negaranya, namun Ayahnya mempunyai maksud lain, dimana Budi Loekito berharap
agar anaknya kerasan di Negeri orang.
BAB VI
Menjadi Indonesia Di
Amerika
Kesan pertama Audrey ketika tiba di
Virginia adalah bahwa pendapat masa kecilnya tentang salju harus di ubah. Di
Virginia, pada musim dingin, banyak seklai turun hujan es dan salju, dan
walaupun semua ini indah dipandang di lukisan dan foto-foto, pada kenyataannya
sungguhlah berbeda. Pada musim gugur 2003, Hurricane Isabel mengamuk di daerah
kampus Audrey. Merusak kabel listrik, menumbangkan pohon, dan merobohkan rumah.
Semua asrama di dalam kampus harus dikosongkan. Karena Audrey tidak memiliki
kerabat di Amerika, ia pun terpaksa mengungsi dirumah temannya selama dua
minggu.
Maria
Audrey Lukito memulai hari-harinya sebagai mahasiswa pada januari 2002, di
semester musim semi. Ada satu persyaratan dari PEG untuk Audrey yang telah
diberi kesempatan untuk menimba ilmu lebih cepat dari yang sudah direncanakan;
yaitu IPK semester pertamanya harus lebih dari 3.0. Jika syarat ini tak
berhasil dipenuhinya, ia takkan diperkenankan untuk melanjutkan pendidikannya.
Secara
akademis, Audrey tidak pernah mengalami kesulitan. IPKnya selalu diatas 3,94
yang jauh melebihi mahasiswa yang lainnya. Disini, Audrey mulai bangga menjadi
warga Indonesia, meski di Indonesia sendiri ia dan rasnya tidak diakui.
Banyak
teman dan dosen yang selalu bertanya Indonesia itu seperti apa, negaramu pasti
bangga mempunyai orang sepertimu. Begitu kata mereka. Audrey yang mejelaskan
kepada teman-temannya tentang Indonesia akan menyembunyikan realita brutal
negaranya dan menjelaskan Indonesia sesuai dengan buku paket yang ia pelajari
semasa SD. Dan kepada teman-temannya Audrey begitu memuji-muji Negaranya hingga
ia mengajak mereka untuk kapan-kapan mampir ke Indonesia.
BAB VII
Esai Filsafat
Pada tahun pertama kuliah di negeri
Paman Sam, Audrey harus menyesuaikan diri dengan kurikulum universitas di
Amerika Serikat yang tiak memperbolehkan mahasiswanya memilih konsentrasi
jurusan di tahun pertama. Maka, Audrey pun mengambil kelas Kitab Yahudi yang
mempelajari Kitab Perjanjian Lama dari Injil berdasarkan sudut pandang sekuler
(bukan kristen)
Dikelas
itu, Audrey harus menulis esai perihal 10 pertanyaan kontroversial. Esainya
memperoleh penilaian sangat baik oleh profesor pengajarnya. Bahkan, sang
profesor membujuk Audrey untuk memilih jurusan filsafat atau religi. Menanggapi
rekomendasi tersebut, Audrey yang masih malu-malu tidak tahu harus menjawab
bagaimana. Ia hanya bisa mengatakan bahwa dirinya akan mempertimbangkan hal
itu. Didalam hatinya, Audrey lebih tertantang untuk mendalami ilmu fisika dan
ilmu politik pada saat itu.
BAB VIII
Esai Kesenjangan
Gender
Di usia 14 tahun, Audrey berhasil
menyelesaikan esainya tentang ilmu politik dan esai ini meraih nilai yang tinggi
meskipun hanya ditulis oleh remaja yang tidak memiliki latar belakang sejarah
ataupun politik Amerika. Padahal, awalnya sangat sulit bagi Audrey untuk
menulis easai yang berkualitas perihal subjek yang belum dikenalnya.
Namun ia
pantang menyerah dengan keyakinan pada saat itu, bahwa kelak suatu hari nanti
segala pengetahuan yang dipelajari akan bermanfaat bagi Indonesia tercinta.
Meskipun demikian, Audrey akhirnya memutuskan mendalami ilmu fisika, bukan
politik, karena universitasnya tidak menyediakan kelas yang membahas
perkembangan aktual Indonesia.
Esai
yang disusun Audrey membahas topik seperti perilaku memilih. Esainya yang
berjudul “Kesenjangan Gender” menganalisis bagaimana bedanya lelaki dan
perempuan dalam memilih secara rasional maupun negara bagian.
BAB IX
Disertasi Akhir
Analisis Neutring
Di penghujung masa mahasiswa tingkat I,
Audrey menentukan untuk mendalami ilmu fisika. Audrey menyusun skripsi analisis
neutro yang dipancarkan oleh radioaktif fottasium dari inti bumi. Tulisan
tersebut bertujuan untuk melengkapi pemahaman atas kompleksitas aspirasinya
pada saat itu.
Maria Audrey Lukito mendapat ijazah
S1-nya pada Desember 2004 saat usianya 16 tahun. Pada tahun itu juga, ia telah
dilantik menjadi anggota National Society of Collegiate Scholars (NSCS) dan
Golden Key International Honour Society, keduanya perkumpulan kehormatan
akademis yang ternama. Namun, yang paling membanggakan adalah saat ia dilantik
menjadi anggota Phi Beta Kappa (ФBK) atas nominasi dari Departemen Fisika
William & Mary. Untuk dilantik menjadi anggota NSCS atau Golden Key cukup
dengan memiliki IPK yang tinggi, tetapi untuk dilantik menjadi anggota ФBK
seorang mahasiswa harus dinominasikan oleh departemennya masing-masing.
Audrey
tahu bahwa jika ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Amerika, masa
depannya akan terjamin. Namun, Audrey tidak pernah bisa menghapuskan wajah
anak-anak miskin yang ia lihat semasa kecil dari benaknya. Bukankah tujuannya
menuntut ilmu setinggi ini adalah untuk membantu mereka, untuk membangun
negerinya? Maka ia pun memutuskan utnuk kembali ketanah ait dan membantu bangsanya
menjadi negara yang jaya.
BAB X
Fatamorgana
Acap kali Audrey ditanya, apa yang
paling dirindukannya dari negara Amerika. Audrey menjawab jika ia sangat
merindikan hal yang tidak ia temui di Negaranya, yakni integritas. Dimana di
Amerika integritas sangat dijunjung tinggi dan selalu ia jumpai semasa kuliah,
entah itu dengan dosen ataupun teman-temannya.
Hal yang paling disayangkan Audrey dari
masa mudanya adalah kenaifan. Audrey merasa bahwa masa mudanya berakhir pada
saat ijazah S1 berhasil digenggamnya. Dimana hal itu berarti ia tidak bisa
merasakan lagi apa yang dia alami semasa SD.
Dulu Audrey selalu menganggap orang-orang
yang secara rutin melakukan check up dan berobat di Singapura adalah pengecut.
Karena menurut Audrey itu berarti mereka tidak percaya pada tim medis Negara
sendiri. Namun sejak kepulangannya Audrey melihat dengan mata kepalanya sendiri
bagaimana teman-temannya meninggal akibat malpraktik di Indonesia. Iapun sadar
kenapa Bangsa sendiri memilih hijrah ke Negeri orang.
Audrey menemukan penyakit sesungguhnya
yang menjangkit tanah airnya. Mulai dari hilangnya jiwa dan identitas bangsa
Indonesia sampai semua masalah yang mewabah seperti korupsi, terorisme, kekerasan
dan perpecahan.
Audrey yakin bahwa nasib Negara telah
bergantung pada kesadaran bangsanya sendiri. Dimana Indonesia sangat memiliki
banyak potensi untuk menjadi Negara super power. Dengan tanah yang luas dan
alam yang kaya.